Melati W, Benyamin T. Salawaney

Bagian Perawatan Hemodialisa Ruang Renal Unit

Rumah Sakit Advent Bandung

Abstrak

Latar belakang : Pada penderita gagal ginjal kronik, hampir selalu disertai dengan hipertensi, sebab hipertensi dan penyakit ginjal kronik merupakan dua hal yang selalu berhubungan erat. Selain itu juga penyakit ginjal telah lama di kenal sebagai penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi pada lebih kurang 80% penderita gagal ginjal terminal. Hipertensi pada penderita gagal ginjal kronik dapat terjadi sebagai efek dari penyakit pembuluh darah yang telah ada sebelumnya atau akibat dari penyakit ginjal itu sendiri. Adanya beberapa penyakit penyerta yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik seperti diabetes dan hipertensi dapat mempercepat buruknya fungsi ginjal penderita.¹

Tujuan penelitian : mengetahui prevalensi pasien dengan penyakit ginjal kronik yang mengalami hipertensi pada inisiasi hemodialisa..

Metoda : sampel adalah 70 pasien yang dilakukan inisiasi hemodialisa di ruang hemodialisa RS. Advent Bandung yang mengalami hipertensi. Penelitian ini bersifat observasi. Data dikumpulkan dari laporan harian dialisa pasien-pasien yang dilakukan inisiasi hemodialisa sejak bulan Januari hingga Desember 2007.

Hasil Penelitian : dari 70 responden, 57 pasien yang diinisiasi hemodialisa mengalami hipertensi, dengan komposisi 21 orang pasien wanita (30,3%) dan 38 orang pasien pria (51,2%). Dari 19 pasien wanita yang mengalami hipertensi, 10 pasien berusia 20-50 tahun dan 9 pasien berusia 50-85 tahun. Sedangkan dari 38 pasien pria yang menderita hipertensi, sebanyak 20 pasien berusia 20-50 tahun dan 18 pasien berusia 51-85 tahun.

Dari 57 pasien yang diinisiasi hemodialisa, sebanyak 20 pasien yang bukan dengan riwayat hipertensi menurun tekanan darahnya dengan dilakukan ultrafiltrasi, dan 37 pasien dengan riwayat hipertensi oleh dokter diturunkan tekanan darahnya dengan menggunakan obat-obat antihipertensi seperti norvask, triatec, captopril, catapress, dan beberapa jenis obat antihipertensi lainnya.

Kesimpulan : Dari 70 orang pasien yang dilakukan inisiasi hemodialisa di ruang hemodialisa RS Advent Bandung, ada sebanyak 57 penderita (81%) penderita yang mengalami hipertensi. Dari 57 penderita ginjal kronis dengan inisiasi hemodialisa, yang mengalami hipertensi ada 20 penderita (35%) yang mengalami hipertensi volume dependent, sedangkan 37 penderita lainnya (65%), adalah penderita yang mengalami dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi.

HIPERTENSI PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK

SAAT INISIASI TERAPI HEMODIALISA DI RENAL UNIT

RS. ADVENT BANDUNG

Melati W, Benyamin T. Salawaney

Bagian Perawatan Hemodialisa Ruang Renal Unit

Rumah Sakit Advent Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisa dari waktu ke waktu menunjukan peningkatan yang sangat cepat, hal ini berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah tindakan hemodialisa dari tahun ke tahun. Menurut data pelayanan dialisis Indonesia, sesuai data jumlah kegiatan dialisis yang ditunjukan oleh salah satu RS milik Depkes dan Pemda telah mencapai 125.441 tindakan per tahun.² Pada penderita gagal ginjal kronik, hampir selalu disertai dengan hipertensi, sebab hipertensi dan penyakit ginjal kronik merupakan dua hal yang selalu berhubungan erat. Hal ini telah disampaikan oleh Richard Bright sejak tahun 1836, seorang pionir dari Guy’s hospital. Selain itu juga penyakit ginjal telah lama di kenal sebagai penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi pada lebih kurang 80% penderita gagal ginjal terminal.¹

Tekanan darah yang melebihi 140/90 mm Hg. diklasifikasikan sebagai hipertensi. The National Heart, Lung, and Blood Institute mengklasifikasikan tekanan darah tinggi dalam dua tingkatan, tekanan darah yang normal adalah kurang dari 120/80 mmHg, prehipertensi tekanan sistolik 120-139 mmHg, tekanan diastolik 80-89 mmHg. Tekanan darah tinggi tingkat pertama, tekanan sistolik 140-159 mmHg, tekanan disatolik 90-99, dan tekanan darah tinggi tingkat kedua tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih.³

Hipertensi pada penderita gagal ginjal kronik dapat terjadi sebagai efek dari penyakit pembuluh darah yang telah ada sebelumnya atau akibat dari penyakit ginjal itu sendiri.. Keadaan ini juga dapat disebabkan karena adanya peningkatan volume cairan, peningkatan sekresi renin, racun-racun uremik, asupan natrium, hipertiroid sekunder, dan lain-lain. Akibat peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang dapat menyebabkan penebalan dinding

ventrikel kiri. Adanya beberapa penyakit penyerta yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik seperti diabetes dan hipertensi dapat mempercepat buruknya fungsi ginjal penderita.¹

Peran perawat sebagai mitra dokter, yang pertama kali berhadapan langsung dengan penderita saat inisiasi dialisis sangatlah diperlukan. Dengan adanya observasi, penanganan dan kolaborasi yang baik antara perawat dan dokter saat inisiasi dialisis, dapat mempercepat penurunan tekanan darah penderita.

1

2

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa banyak penderita gagal ginjal kronik yang diinisiasi hemodialisa dengan riwayat hipertensi dan yang bukan riwayat hipertensi. Dan berapa banyak penderita yang dapat diturunkan tekanan darahnya dengan tehnik ultrafiltsi cairan dan berapa banyak yang menggunakan obat hipertensi. Dengan tujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pasien, serta untuk memperlambat progres kerusakan ginjal ke arah yang lebih buruk.

SUBJEK DAN METODA PENELITIAN

  1. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 70 penderita ginjal kronis yang berumur antara 28 – 85 tahun dan baru pertama kali menjalani terapi hemodialisa di ruang perawatan hemodialisa RS. Advent Bandung.

  1. Metoda Penelitian

Penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian secara observasi pada penderita

ginjal kronis yang dilakukan inisiasi hemodialisa. Metoda yang digunakan pada

penelitian ini adalah retrospektif dengan mengambil data penderita baru yang

dilakukan inisiasi hemodialisa di ruang Renal Unit RS Advent Bandung dari bulan

Januari sampai Desember 2007. Data yang diambil meliputi usia, jenis kelamin,

riwayat penyakit yang menyertai pada kegagalan ginjal. Pengumpulan data meliputi

data demografi, data sisa fungsi ginjal, dan riwayat penyakit penderita.

Data demografi yang diambil yaitu jenis kelamin dan usia penderita. Untuk

mengetahui penyebab kerusakan ginjal, data diambil dari riwayat penyakit dan hasil

pemeriksaan darah penderita yang telah ditetapkan oleh dokter penanggungjawab.

  1. Tehnik penelitian

Tekanan darah yang dicatat adalah tekanan darah penderita yang diukur pada saat

sebelum dan sesudah terapi dialisa dengan posisi berbaring. Tekanan darah diukur

lima menit setelah penderita berbaring tenang. Alat pengukur tekanan darah yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat monitor pengukur

tekanan darah digital.

3

HASIL PENELITIAN

Data penelitian ini diambil dari 70 penderita ginjal kronik baru, yang terdiri dari 29 (40,1%) penderita wanita dan 41 (50,8%) penderita pria yang dilakukan inisiasi hemodialisa. Dari data tersebut ada 57 (81,5%) penderita penyakit ginjal kronik yang dilakukan inisiasi hemodialisa, mengalami hipertensi. Dari jumlah tersebut penderita pada usia 20–50 tahun tekanan darah sistolik pada pre dialisis 142-180 mmHg, diastolik 60-105 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik pada post dailisis 100-160, dan tekanan diastolik post dialisis 70-100 mmHg. Sedangkan tekanan darah predialisis pada penderita berumur 51-85 tahun, tekanan sistolik 150-190 mmHg, dan tekanan diastolik 80-120. dan tekanan darah sistolik post dialisis 140-180 mmHg, diastolik 70-100 mmH. Dengan distribusi menurut jenis kelamin yaitu sebanyak 19 (30,3%) penderita wanita dan 38 (51,2%) penderita pria. Dari 19 penderita wanita yang mengalami hipertensi, 10 penderita berusia 20-50 tahun dan 9 penderita berusia 50-85 tahun. Sedangkan dari 38 pria yang menderita hipertensi, sebanyak 20 penderita berusia 20-50 tahun dan 18 penderita berusia 51-85 tahun.

Pada 20 penderita yang diinisiasi dialisis yang bukan dengan riwayat hipertensi, tetapi diakibatkan oleh penumpukan cairan setelah terjadi penurunan fungsi ginjal. Pada pasien-

pasien ini penurunan tekanan darah diatasi dengan dilakukan ultralfitrasi cairan secara perlahan, pada kecepatan darah (Qb)150 ml/mnt dalam waktu 3-4 jam. Namun pada 37 orang penderita dengan riwayat hipertensi ringan ataupun berat, maka penurunan tekanan darah ditangani oleh dokter dengan pemberian beberapa jenis obat antihipertensi. Ada yang

diberikan obat Norvask 5 atau 10 mg, Triatek, atau catapres 150 mcg, dan beberapa kombinasi obat antihipertensi lainnya.

Selain dengan pemberian obat dan penarikan cairan saat dialisis (ultrafiltrasi), peran perawat dalam mendorong penderita untuk mengurangi asupan cairan dan pada interdialsis sangatlah penting untuk mengatasi kenaikan tekanan darah. Kemudian memberikan informasi pada penderita dan keluarga, bagaimana caranya untuk mengatur dan menghitung asupan cairan dalam sehari agar tetap seimbang.

Pada penelitian ini ada beberapa penyakit yang menjadi penyebab terjadinya penyakit ginjal kronis. Dari sekian banyak jenis penyakit yang menyebabkan gagal ginjal kronis, maka penyakit diabetes, hipertensi, dan gangguan pada pembuluh darah adalah penyebab yang paling banyak jumlahnya (seperti yang tampak pada tabel di bawah). Kemudian diikuti oleh

4

penyakit lainnya, seperti Glomerulonephritis kronik (GNC), Pyelonepritis kronik (PNC), arthritis, keganasan dan penyebab lainnya.

Daftar jenis penyakit penyebab gagal ginjal kronik.

No Jenis Penyakit Jumlah

(%)

Pria Wanita
1 Diabetes 52.6 22 17
2 Hipertensi 81.5 38 19
3 Arhtritis 5 2 1
4 Cardiovascular disease 21 9 5
5 Nephrolitiasis 5 3 1
6 GNC & PNC 15 6 5
7 Keganasan 3 1 1
8 Dll 2 2

PEMBAHASAN

Usia sangat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah baik terhadap tekanan sistolik (TS) maupun pada tekanan diastolik (TD). Pada orang dengan usia 20-50 tahun tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Sedangkan menurut hasil penelitian the Third National Health and Nutrition Examination survey pada tahun 1990, pada orang di atas usia 50 tahun, baik pria maupun wanita pada semua demograpic ( kulit putih, hitam, coklat, merah), tekanan diastolik akan menurun saat tekanan sistolik akan terus meningkat. Hal ini disebabkan dengan semakin meningkatnya usia

seseorang, maka semakin meningkat juga kekakuan dari pembuluh darah aorta dan arteri-arteri pusat. Peningkatan tekanan darah ini sangat berpengaruh terhadap pembuluh darah jantung (coronary) baik pada kebanyakan orang, apalagi pada penderita gagal ginjal terminal.¹

Patogenesis hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik terlalu kompleks dan mungkin terdiri dari banyak faktor. Tapi kita tahu bahwa natrium, volume cairan dan sistem saraf simpatis memiliki peran penting dalam hal ini.4 Volume cairan intravaskular adalah faktor utama penyebab hipertensi pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Membuang cairan yang berlebihan melalui hemodialisis akan dapat menurunkan kembali tekanan darah pasien. Apabila hal ini tidak terjadi, maka harus menggunakan tehnik lain untuk menurunkan tekanan darahnya.5

5

Kita telah lama mengetahui bahwa dengan adanya sekresi renin yang berlebihan, mengakibatkan peningkatan kadar natrium dan volume cairan, sehingga terjadi hipertensi.

Hal ini disebut sebagai renin dependent hypertension. Untuk penanganannya, harus dengan cara pemberian obat oleh dokter atau dengan melakukan neprektomi.6

Tujuan dari terapi hipertensi adalah untuk mencapai atau menjaga tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg, tentunya dengan menggunakan metode yang tepat. Pada

penelitian ini tampak bahwa 81,5% penderita dengan inisiasi hemodialisa mengalami hipertensi. Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka kemugkinan terjadinya komplikasi pada organ tubuh lainnya sulit untuk dicegah.

Oleh karena itu kerjasama perawat, dokter dan pasien dalam upaya mencegah timbulnya komplikasi akibat hipertensi secara dinim sangatlah penting. Dengan tehnik

ultrafiltrasi yang tepat oleh para perawat saat terapi hemodialisis dilakukan, serta pemberian obat yang tepat oleh dokter, maka akan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Apabila tekanan darah tidak berkurang walaupun berat badan kering telah tercapai, maka obat-obat antihipertensi sudah harus segera diberikan. Pada penderita yang telah mendapatkan obat antihipertensi pada saat hemodialisa dilakukan, maka obat yang sama harus dilanjutkan dan dosisnya disesuaikan dengan penurunan tekanan darah saat dilakukan

ultrafiltrasi cairan. Obat antihipertensi harus segera diberikan pada penderita dengan tekanan darah 180/115 mmHg, atau pada penderita dengan kerusakan organ lainnya, seperti pada penderita dengan retinopathy, gagal jantung, aneurisme aorta, dll.¹

6

DAFTAR PUSTAKA

1. William L, Henrich, M.D. Principles and Practice of Dialysis. Lippincott. 1999;

14:209-211.

2. Barry M, Brenner, The Kidney, sevent edition, US, Saunders, 2004; 47:2109-2112

3. Suzanne C, Smeltzer, Brenda Bare, Textbook of Medical-Surgical of Nursing, Lippincott,

2004; 23: 855-858.

4. Schalekamp MADH, kuyken MPA, de Moor-fruytier M, et al. Interrelationship between

blood pressurem renin, renin substrate and blood volume in terminal renal failure. Clin Sci

Mol Med. 1973; 45: 417-428.

5. Lazarus JM, Hampers CL, Merrill JP. Hypertension in chronic renal failure. Treatment

with hemodialysis and nephrectomy. Arch. Intern Med 1974; 133:1059-1065.

6. Weidman P, Maxwell MH, Lupu AN, et al. Plasma renin activity and nlood pressure in

terminal renal failure. New Eng J Med. 1971;285:757-762.

Materi disampaikan pada :

Indonesian Nephrology Nurse Association (PPGII)

MEETING AND SYMPOSIUM 2008

Bandung

4 tanggapan untuk “HIPERTENSI PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK SAAT INISIASI TERAPI HEMODIALISA DI RENAL UNIT RS. ADVENT BANDUNG”

  1. thaks………………………..

    Suka

  2. berapa jumlah px gagal di indonesia sekarang ini…………….????///////

    Suka

    1. Lihat di IRR, Indonesia Renal registri

      Suka

  3. semoga artikel ini bermanfaat untuk semua orang

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Sedang Tren